ARTI CINTA

 ARTI CINTA " SEJATI "
Pembaca yang dirahmati Allah SWT  saat ini Arti Cinta terus dicari dan digali. Manusia dari zaman ke zaman seakan tidak pernah bosan membicarakannya. Sebenarnya? apa itu ‘Arti Cinta Sejati’ dan bagaimana pandangan Islam terhadapnya?
Alhamdulillah, sholawat dan salam semoga terlimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga dan sahabatnya.
Masyarakat di belahan bumi manapun saat ini sedang diusik oleh mitos ‘Arti Cinta Sejati‘, dan dibuai oleh impian ‘Cinta Suci’. Karenanya, rame-rame, mereka mempersiapkan diri untuk merayakan hari cinta “Valentine’s Day”.
Pada kesempatan ini, saya tidak ingin mengajak saudara menelusuri sejarah dan kronologi adanya peringatan ini. Dan tidak juga ingin membicarakan hukum mengikuti perayaan hari ini. Karena saya yakin, anda telah banyak mendengar dan membaca tentang itu semua. Hanya saja, saya ingin mengajak saudara untuk sedikit menyelami: apa itu cinta? Adakah cinta sejati dan cinta suci? Dan cinta model apa yang selama ini menghiasi hati anda?
Seorang peneliti dari Researchers at National Autonomous University of Mexico mengungkapkan hasil risetnya yang begitu mengejutkan. Menurutnya: Sebuah hubungan cinta pasti akan menemui titik jenuh, bukan hanya karena faktor bosan semata, tapi karena kandungan zat kimia di otak yang mengaktifkan rasa cinta itu telah habis. Rasa tergila-gila dan cinta pada seseorang tidak akan bertahan lebih dari 4 tahun. Jika telah berumur 4 tahun, cinta sirna, dan yang tersisa hanya dorongan seks, bukan cinta yang murni lagi.
Menurutnya, rasa tergila-gila muncul pada awal jatuh cinta disebabkan oleh aktivasi dan pengeluaran komponen kimia spesifik di otak, berupa hormon dopamin, endorfin, feromon, oxytocin, neuropinephrine yang membuat seseorang merasa bahagia, berbunga-bunga dan berseri-seri. Akan tetapi seiring berjalannya waktu, dan terpaan badai tanggung jawab dan dinamika kehidupan efek hormon-hormon itu berkurang lalu menghilang. (sumber: www.detik.com).
Wah, gimana tuh nasib cinta yang selama ini anda dambakan dari pasangan anda? Dan bagaimana nasib cinta anda kepada pasangan anda? Jangan-jangan sudah lenyap dan terkubur jauh-jauh hari dan tidak terlacak jejaknya.
Anda ingin sengsara karena tidak lagi merasakan indahnya cinta pasangan anda dan tidak lagi menikmati lembutnya buaian cinta kepadanya? Ataukah anda ingin tetap merasakan betapa indahnya cinta pasangan anda dan juga betapa bahagianya mencintai pasangan anda?
Saudaraku, bila anda mencintai pasangan anda karena kecantikan atau ketampanannya, maka saat ini saya yakin anggapan bahwa ia adalah orang tercantik dan tertampan, telah luntur.
Bila dahulu rasa cinta anda kepadanya tumbuh karena ia adalah orang yang kaya, maka saya yakin saat ini, kekayaannya tidak lagi spektakuler di mata anda.
Bila rasa cinta anda bersemi karena ia adalah orang yang berkedudukan tinggi dan terpandang di masyarakat, maka saat ini kedudukan itu tidak lagi berkilau secerah yang dahulu menyilaukan pandangan anda.
Saudaraku! bila anda terlanjur terbelenggu cinta kepada seseorang, padahal ia bukan suami atau istri anda, ada baiknya bila anda menguji kadar cinta anda. Kenalilah sejauh mana kesucian dan ketulusan cinta anda kepadanya. Coba anda duduk sejenak, membayangkan kekasih anda dalam keadaan ompong peyot, pakaiannya compang-camping sedang duduk di rumah gubuk yang reot. Akankah rasa cinta anda masih menggemuruh sedahsyat yang anda rasakan saat ini?
Para ulama’ sejarah mengisahkan, pada suatu hari Abdurrahman bin Abi Bakar radhiallahu ‘anhu bepergian ke Syam untuk berniaga. Di tengah jalan, ia melihat seorang wanita berbadan semampai, cantik nan rupawan bernama Laila bintu Al Judi. Tanpa diduga dan dikira, panah asmara Laila melesat dan menghujam hati Abdurrahman bin Abi Bakar radhiallahu ‘anhu. Maka sejak hari itu, Abdurrahman radhiallahu ‘anhu mabok kepayang karenanya, tak kuasa menahan badai asmara kepada Laila bintu Al Judi. Sehingga Abdurrahman radhiallahu ‘anhu sering kali merangkaikan bair-bait syair, untuk mengungkapkan jeritan hatinya. Berikut di antara bait-bait syair yang pernah ia rangkai:
Aku senantiasa teringat Laila yang berada di seberang negeri Samawah Duhai, apa urusan Laila bintu Al Judi dengan diriku? Hatiku senantiasa diselimuti oleh bayang-bayang sang wanita Paras wajahnya slalu membayangi mataku dan menghuni batinku Duhai, kapankah aku dapat berjumpa dengannya, Semoga bersama kafilah haji, ia datang dan akupun bertemu.
Karena begitu sering ia menyebut nama Laila, sampai-sampai Khalifah Umar bin Al Khattab radhiallahu ‘anhu merasa iba kepadanya. Sehingga tatkala beliau mengutus pasukan perang untuk menundukkan negeri Syam, ia berpesan kepada panglima perangnya: bila Laila bintu Al Judi termasuk salah satu tawanan perangmu (sehingga menjadi budak), maka berikanlah kepada Abdurrahman radhiallahu ‘anhu. Dan subhanallah, taqdir Allah setelah kaum muslimin berhasil menguasai negeri Syam, didapatkan Laila termasuk salah satu tawanan perang. Maka impian Abdurrahmanpun segera terwujud. Mematuhi pesan Khalifah Umar radhiallahu ‘anhu, maka Laila yang telah menjadi tawanan perangpun segera diberikan kepada Abdurrahman radhiallahu ‘anhu.
Anda bisa bayangkan, betapa girangnya Abdurrahman, pucuk dicinta ulam pun tiba, impiannya benar-benar kesampaian. Begitu cintanya Abdurrahman radhiallahu ‘anhu kepada Laila, sampai-sampai ia melupakan istri-istrinya yang lain. Merasa tidak mendapatkan perlakuan yang sewajarnya, maka istri-istrinya yang lainpun mengadukan perilaku Abdurrahman kepada ‘Aisyah istri Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang merupakan saudari kandungnya.
Menyikapi teguran saudarinya, Abdurrahman berkata: “Tidakkah engkau saksikan betapa indah giginya, yang bagaikan biji delima?”
Akan tetapi tidak begitu lama Laila mengobati asmara Abdurrahman, ia ditimpa penyakit yang menyebabkan bibirnya “memble” (jatuh, sehingga giginya selalu nampak). Sejak itulah, cinta Abdurrahman luntur dan bahkan sirna. Bila dahulu ia sampai melupakan istri-istrinya yang lain, maka sekarang iapun bersikap ekstrim. Abdurrahman tidak lagi sudi memandang Laila dan selalu bersikap kasar kepadanya. Tak kuasa menerima perlakuan ini, Lailapun mengadukan sikap suaminya ini kepada ‘Aisyah radhiallahu ‘anha. Mendapat pengaduan Laila ini, maka ‘Aisyahpun segera menegur saudaranya dengan berkata:
 “Wahai Abdurrahman, dahulu engkau mencintai Laila dan berlebihan dalam mencintainya. Sekarang engkau membencinya dan berlebihan dalam membencinya. Sekarang, hendaknya engkau pilih: Engkau berlaku adil kepadanya atau engkau mengembalikannya kepada keluarganya. Karena didesak oleh saudarinya demikian, maka akhirnya Abdurrahmanpun memulangkan Laila kepada keluarganya. (Tarikh Damaskus oleh Ibnu ‘Asakir 35/34 & Tahzibul Kamal oleh Al Mizzi 16/559)
Bagaimana saudaraku! Anda ingin merasakan betapa pahitnya nasib yang dialami oleh Laila bintu Al Judi? Ataukah anda mengimpikan nasib serupa dengan yang dialami oleh Abdurrahman bin Abi Bakar radhiallahu ‘anhu?
Tidak heran bila nenek moyang anda telah mewanti-wanti anda agar senantiasa waspada dari kenyataan ini. Mereka mengungkapkan fakta ini dalam ungkapan yang cukup unik: Rumput tetangga terlihat lebih hijau dibanding rumput sendiri.
Anda penasaran ingin tahu, mengapa kenyataan ini bisa terjadi?
Temukan rahasianya pada sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berikut ini:
 “Wanita itu adalah aurat (harus ditutupi), bila ia keluar dari rumahnya, maka setan akan mengesankannya begitu cantik (di mata lelaki yang bukan mahramnya).” (Riwayat At Tirmizy dan lainnya)
Orang-orang Arab mengungkapkan fenomena ini dengan berkata:
Setiap yang terlarang itu menarik (memikat).
Dahulu, tatkala hubungan antara anda dengannya terlarang dalam agama, maka setan berusaha sekuat tenaga untuk mengaburkan pandangan dan akal sehat anda, sehingga anda hanyut oleh badai asmara. Karena anda hanyut dalam badai asmara haram, maka mata anda menjadi buta dan telinga anda menjadi tuli, sehingga andapun bersemboyan: Cinta itu buta. Dalam pepatah arab dinyatakan:
Cintamu kepada sesuatu, menjadikanmu buta dan tuli.
Akan tetapi setelah hubungan antara anda berdua telah halal, maka spontan setan menyibak tabirnya, dan berbalik arah. Setan tidak lagi membentangkan tabir di mata anda, setan malah berusaha membendung badai asmara yang telah menggelora dalam jiwa anda. Saat itulah, anda mulai menemukan jati diri pasangan anda seperti apa adanya. Saat itu anda mulai menyadari bahwa hubungan dengan pasangan anda tidak hanya sebatas urusan paras wajah, kedudukan sosial, harta benda. Anda mulai menyadari bahwa hubungan suami-istri ternyata lebih luas dari sekedar paras wajah atau kedudukan dan harta kekayaan. Terlebih lagi, setan telah berbalik arah, dan berusaha sekuat tenaga untuk memisahkan antara anda berdua dengan perceraian:
 “Maka mereka mempelajari dari Harut dan Marut (nama dua setan) itu apa yang dengannya mereka dapat menceraikan (memisahkan) antara seorang (suami) dari istrinya.” (Qs. Al Baqarah: 102)
Mungkin anda bertanya, lalu bagaimana saya harus bersikap?
Bersikaplah sewajarnya dan senantiasa gunakan nalar sehat dan hati nurani anda. Dengan demikian, tabir asmara tidak menjadikan pandangan anda kabur dan anda tidak mudah hanyut oleh bualan dusta dan janji-janji palsu.
Mungkin anda kembali bertanya: Bila demikian adanya, siapakah yang sebenarnya layak untuk mendapatkan cinta suci saya? Kepada siapakah saya harus mengikatkan tali cinta saya?
Simaklah jawabannya dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:
 “Biasanya, seorang wanita itu dinikahi karena empat alasan: karena harta kekayaannya, kedudukannya, kecantikannya dan karena agamanya. Hendaknya engkau menikahi wanita yang taat beragama, niscaya engkau akan bahagia dan beruntung.” (Muttafaqun ‘alaih)
Dan pada hadits lain beliau bersabda:
 “Bila ada seorang yang agama dan akhlaqnya telah engkau sukai, datang kepadamu melamar, maka terimalah lamarannya. Bila tidak, niscaya akan terjadi kekacauan dan kerusakan besar di muka bumi.” (Riwayat At Tirmizy dan lainnya)
Cinta yang tumbuh karena iman, amal sholeh, dan akhlaq yang mulia, akan senantiasa bersemi. Tidak akan pudar oleh sinar matahari, dan tidak pula luntur karena hujan, dan tidak akan putus walaupun ajal telah menjemput.
 “Orang-orang yang (semasa di dunia) saling mencintai pada hari itu sebagiannya menjadi musuh bagi sebagian yang lain kecuali orang-orang yang bertaqwa.” (Qs. Az Zukhruf: 67)
Saudaraku! Cintailah kekasihmu karena iman, amal sholeh serta akhlaqnya, agar cintamu abadi. Tidakkah anda mendambakan cinta yang senantiasa menghiasi dirimu walaupun anda telah masuk ke dalam alam kubur dan kelak dibangkitkan di hari kiamat? Tidakkah anda mengharapkan agar kekasihmu senantiasa setia dan mencintaimu walaupun engkau telah tua renta dan bahkan telah menghuni liang lahat?
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
 “Tiga hal, bila ketiganya ada pada diri seseorang, niscaya ia merasakan betapa manisnya iman: Bila Allah dan Rasul-Nya lebih ia cintai dibanding selain dari keduanya, ia mencintai seseorang, tidaklah ia mencintainya kecuali karena Allah, dan ia benci untuk kembali kepada kekufuran setelah Allah menyelamatkan dirinya, bagaikan kebenciannya bila hendak diceburkan ke dalam kobaran api.” (Muttafaqun ‘alaih)
Saudaraku! hanya cinta yang bersemi karena iman dan akhlaq yang mulialah yang suci dan sejati. Cinta ini akan abadi, tak lekang diterpa angin atau sinar matahari, dan tidak pula luntur karena guyuran air hujan.
Yahya bin Mu’az berkata: “Cinta karena Allah tidak akan bertambah hanya karena orang yang engkau cintai berbuat baik kepadamu, dan tidak akan berkurang karena ia berlaku kasar kepadamu.” Yang demikian itu karena cinta anda tumbuh bersemi karena adanya iman, amal sholeh dan akhlaq mulia, sehingga bila iman orang yang anda cintai tidak bertambah, maka cinta andapun tidak akan bertambah. Dan sebaliknya, bila iman orang yang anda cintai berkurang, maka cinta andapun turut berkurang. Anda cinta kepadanya bukan karena materi, pangkat kedudukan atau wajah yang rupawan, akan tetapi karena ia beriman dan berakhlaq mulia. Inilah cinta suci yang abadi saudaraku.
Saudaraku! setelah anda membaca tulisan sederhana ini, perkenankan saya bertanya: Benarkah cinta anda suci? Benarkah cinta anda adalah cinta sejati? Buktikan saudaraku…
1.) Saudaraku, setelah membaca kisah cinta sahabat Abdurrahman bin Abi Bakar ini, saya harap anda tidak berkomentar atau berkata-kata buruk tentang sahabat Abdurrahman bin Abi Bakar. Karena dia adalah salah seorang sahabat Nabi, sehingga memiliki kehormatan yang harus anda jaga. Adapun kesalahan dan kekhilafan yang terjadi, maka itu adalah hal yang biasa, karena dia juga manusia biasa, bisa salah dan bisa khilaf. Amal kebajikan para sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam begitu banyak sehingga akan menutupi kekhilafannya. Jangan sampai anda merasa bahwa diri anda lebih baik dari seseorang apalagi sampai menyebabkan anda mencemoohnya karena kekhilafan yang ia lakukan. Disebutkan pada salah satu atsar (ucapan seorang ulama’ terdahulu):
“Barang siapa mencela saudaranya karena suatu dosa yang ia lakukan, tidaklah ia mati hingga terjerumus ke dalam dosa yang sama.”
Wallahu a’alam bisshowab, mohon maaf bila ada kata-kata yang kurang berkenan atau menyinggung perasaan.
 

LUPA?????

kita memang pelupa

Manusia memang makhluk pelupa. Diingatkan lupa, tidak diingatkan, apa lagi. Tapi adakalanya, lupa tidak melulu musibah. Karena terkadang, lupa bisa menjadi anugrah.
Dalam kehidupan keluarga, kata ‘lupa’ bukan hal aneh. Hampir tiap hari, kata itu kerap muncul dalam percakapan ringan. Bisa datang dari isteri, anak-anak, dan yang biasanya lebih sering juga datang dari pihak suami.
Suamilah yang umumnya selalu bilang lupa kalau ditanya soal tanggal kelahiran anak-anak mereka. Terlebih jika anak sudah berbilang di atas empat. Bahkan, yang lebih parah lagi, tidak jarang seorang ayah yang lupa siapa nama salah seorang anaknya. Terutama untuk nama anak yang di atas lima atau enam.
Hal tentang lupa inilah yang sering dirasakan Bu Neni terhadap suaminya. Kata lupa hampir menjadi langganan untuk diucapkan. Entah kenapa, suami Bu Neni menjadi begitu mudah lupa. Padahal, usianya masih tiga puluhan.
Pengalaman pertama dari lupa suami justru dialami Bu Neni sekitar sepekan setelah hari pernikahannya. Dan pengalaman lupa pertama itulah yang menyadarkan Bu Neni kalau suaminya bukan orang yang mudah ingatan.
Waktu itu, Bu Neni dan suami masih sibuk melakukan kunjungan ke sanak kerabat. Terutama keluarga Bu Neni dan suami yang tergolong lebih tua. Sudah menjadi tradisi dan juga ajaran Islam untuk bersilaturahim dan mengenalkan anggota keluarga baru kepada sanak kerabat yang lebih tua. Bisa om, tante, kakek, nenek, dan sebagainya.
Karena hujan tiba-tiba, motor yang ditumpangi Bu Neni dan suami pun langsung menepi ke tempat terdekat. Dan kebetulan, tempat itu sebuah rumah makan. Bu Neni pun sempat terkesima. “Waduh, suamiku mau ngajak makan di restoran?” Dan mereka pun langsung berteduh persis di depan beranda rumah makan. Tapi, suami Bu Neni tak juga mengajak masuk kedalam.
Menunggu reaksi yang tak kunjung datang, Bu Neni pun berinisiatif. “Mau makan, Mas?” ucap Bu Neni sambil menunjuk ke arah dalam rumah makan. “Oh iya, kita di depan rumah makan ya?” ucap suami Bu Neni yang sambil senyum langsung menggamit tangan Bu Neni untuk masuk.
Inilah pengalaman pertama Bu Neni makan bareng suami di luar rumah. Subhanallah, Bu Neni merasakan hal lain. Sebuah percepatan keakraban suami isteri yang jarang diperoleh kalau makan di rumah.
Setelah puas makan, tiba-tiba suami Bu Neni seperti teringat sesuatu. Tangannya seperti merogoh ke saku celana. “Astaghfirullah, dompetnya di mana, ya? Oh iya, ada di tas ranselku. Tapi, tasnya di mana ya?” ucap suami Bu Neni sambil masih merogoh beberapa saku celana dan bajunya.
“Apa tertinggal di rumah Om, ya Mas! Seingat saya, waktu kehujanan tadi, Mas nggak bawa tas!” timpal Bu Neni.
“Tunggu sebentar ya, Dek!” ucap suami Bu Neni sambil berdiri dan melangkah menuju motor yang ia parkir. Ia langsung memacu motornya menuju rumah Om yang kebetulan masih belum jauh. Syukurnya, hujan sudah reda sehingga suami Bu Neni bisa lebih cepat mengambil tas ransel yang tertinggal.
Lama Bu Neni menunggu. Seorang pelayan tiba-tiba menghampiri Bu Neni. “Maaf Bu, apa ada pesanan lagi?” ucap sang pelayan. Bu Neni agak gugup. “Tidak, saya masih nunggu suami saya keluar sebentar,” ucap Bu Neni sekenanya.
Suasana aneh mulai dirasakan Bu Neni ketika waktu menunggu sudah lebih dari satu jam. “Ada apa ya, dengan Masku? Kok lama banget, lokasinya kan cuma beberapa gang dari sini!” suara Bu Neni membatin.
Bu Neni pun mencoba melirik dompet di sakunya. Ia masih belum yakin apa isi dompetnya cukup buat bayar. “Ya Allah, kayaknya masih jauh dari cukup!” bisik Bu Neni setelah tahu pasti berapa jumlah isi dompetnya.
Tiba-tiba, Bu Neni menyadari sesuatu. “Lha, jaket suamiku kok gak dibawa, ya?” Tangan Bu Neni pun meraih jaket warna biru tua yang teronggok di bangku samping suaminya duduk. Ia berusaha merapikan jaket yang tak terlipat baik itu. Dan….
Sesuatu tersentuh di kantong jaket suami Bu Neni. Ia pun penasaran. Ketika dikeluarkan, Bu Neni mendapati sebuah dompet yang ia yakin milik suaminya. “Ya Allah, suamiku…suamiku!” ucap Bu Neni dalam hati.
Tiba-tiba, suami Bu Neni datang. Wajahnya masih menampakkan kebingungan. “Tas ranselnya ketemu, tapi dompetnya kok nggak ada, ya, Dek. Semua orang di rumah Om jadi repot ikut nyari!” ucap suami Bu Neni.
“Ini dompetnya, Mas. Di saku jaketmu!” ucap Bu Neni sambil menunjukkan dompet yang dicari suaminya. Melihat itu, wajah suami Bu Neni pun langsung segar. “Ya Allah, ternyata di jaket, ya!” ucapnya sambil membuka isi dompet.
Saat itu, Bu Neni merasakan sebuah pengalaman yang berakhir di dompet. Ia tersadar, betapa pelupanya sang suami. Tapi, Bu Neni mendapati hal lain dari perubahan wajah suaminya yang tiba-tiba. “Ada apa lagi, Mas?” ucap Bu Neni sambil mendekat ke arah suaminya.
“Aku baru ingat, kalau uangnya nggak aku taruh di dompet!” ucap suami Bu Neni dengan wajah yang tiba-tiba kembali kepada kebingungan. “Maksud Mas?” ucap Bu Neni ikut terbawa panik.
“Iya, tadi uang di dompet ini aku kasih ke seseorang. Tapi, aku lupa siapa dan kapan ya?” jelas suami Bu Neni. Kali ini, Bu Neni benar-benar dibuat linglung.
Dalam suasana panik itu, tiba-tiba seorang pelayan datang. “Maaf, Pak, Bu. Apa masih ada makanan atau minuman yang mau dipesan?” ucap sang pelayan begitu ramah.
“Sebenarnya sih cukup, Mbak!” ucap Bu Neni masih dalam keadaan gugup.
Sang pelayan pun bilang, “Oh baiklah. Jadi, jumlah yang harus dibayar sekian,” sambil sang pelayan menyodorkan rincian makanan dan harganya. “Dan ini kembaliannya, Bu!” suara pelayan yang tiba-tiba menyadarkan suami Bu Neni.
“Oh iya. Uangnya sudah aku kasih ke kasir!” ucap suami Bu Neni tiba-tiba. “Iya. Tadi waktu kamu mencari tempat duduk, aku langsung ke kasir ngasih duit. Aku pesan, kalau tagihannya sudah melebihi uangku, tolong diingatkan!” ucap suami Bu Neni sambil mengangguk-angguk karena mulai ingat semuanya.
Bu Neni terperangah. Baru kali itu, ia mengalami sebuah peristiwa lupa yang terjadi secara beruntun dalam waktu yang sama. Dan itu ia dapati dari orang yang baru Bu Neni kenal secara dalam, suaminya.
“Ya Allah, suamiku…suamiku….,” ucapnya dalam masih dalam hati.
 

CARA MELATIH ANAK UNTUK SEDEKAH

            Anak adalah titipan Allah yang sangat berharga. Kewajiban orang tua adalah mendidik anak sebaik-baiknya. Bagaimana cara melatih anak agar gemar sedekah? Mari sejenak kita renungi lirik lagu "Sedekah" by Opick berikut ini.
            “Alangkah indah… orang bersedekah…. dekat dengan Allah… dekat dengan surga…Tak kan berkurang… harta yang sedekah… Akan bertambah… akan bertambah…Oooooh… indahnya saling berbagi… Saling memberi… karena Allah…
”(Sedekah - Opick).
            Petikan tembang yang didendangkan Opick di atas cukup untuk mewakili nilai moral dan mulia dalam bersedekah. Sedekah adalah amalan yang bisa merubah perilaku yang melakukan dan juga kehidupan yang menerimanya. Sedekah bisa berdampak besar bagi kehidupan yang melakukannya, sikap empati, rasa menolong, positive thinking, ketulusan dan keikhlasan.
            Begitu banyak pelajaran yang telah kita berikan pada anak-anak kita, baik itu berupa perintah dan larangan, sikap dan moral, tentang hal yang baik dan buruk. Namun, seringkali pula kita dapati pelajaran tersebut tidak mampu menggerakkan mereka untuk bisa berubah, melakukannya dengan baik dan terus menerus. Mengapa?
            Perlu diketahui bahwa anak itu bersifat meniru dan melakukan apa yang dilihat dan dilakukan terutama oleh orangtua, keluarga dan lingkungan sekitarnya. Sedekah adalah contohnya. Menganjurkan anak agar gemar berderma adalah sebuah sikap moral dan tindakan yang sangat terpuji, namun bukan sekedar wacana saja.
            Gemar bersedekah ini harus ditumbuhkan pada anak-anak kita sejak dini, sehingga akan berdampak bagi perkembangan mentalnya setelah dewasa nanti. Apalagi jika sikap tersebut dilandasi dengan ketulusan dan keikhlasan, tentu akan menjadikannya lebih bermakna. Karena hanya dengan keikhlasanlah segala amal akan diterima Allah SWT.
            Ketika anak-anak kita sudah senang dan cinta bersedekah, akan mudah bagi kita untuk menjelaskan dan menanamkan nilai-nilai pentingnya bersedekah di dalam agama, karena dia sudah melakukan dan merasakan sendiri (self experience) indahnya bersedekah. Betapa Allah SWT yang Maha Kaya memberi rezeki kepada semua makhluknya, bahkan semut yang kecil sekalipun. Memberi adalah sifat Mulia sang Pencipta, sungguh mulia manusia bila bisa memberi.
            “Orang-orang yang menginfakkan hartanya di jalan Allah, kemudian mereka tidak mengiringi apa yang dinafkahkannya itu dengan menyebut-nyebut pemberiannya dan dengan tidak menyakiti (perasaan penerimanya), mereka memperoleh pahala di sisi Tuhan mereka. Tidak ada kekhawatiran bagi mereka dan dan mereka tidak bersedih hati.” (Al-Baqarah: 262).
            Anak yang cinta sedekah, saat mereka dewasa akan memiliki sifat dan karakter yang baik. Bahkan saat mereka menjadi pimpinan, mereka akan menyejahterakan dan menjadi berkah bagi orang di sekitarnya. Ibarat menanam bunga, akan menumbuhkan keindahan dan keharuman bagi sekitarnya. Subhanallah.
Agar Sedekah Menjadi Mudah
            Begitu mudahnya mengajarkan anak-anak kita agar gemar sedekah, bila kita memberikan contoh teladan yang baik pada mereka antara lain:
            Menanamkan empati terhadap apa yang terjadi di lingkungan sehari-hari merupakan awal yang baik, mengunjungi rumah yatim piatu, melihat anak-anak jalanan dan anak-anak terlantar, mengunjungi panti jompo, bahkan mengajaknya berjalan berkeliling kota, saat menemukan pengemis ajarkan anak memberi dari tangan mungilnya langsung. Beri rasa bahagia dan kebanggaan bahwa dirinya bisa memberi dan menolong orang yang membutuhkan. Sungguh luar biasa bila hal ini terjadi. Selamanya anak kita akan ingat dan menyadari betapa indahnya bersedekah.
            Mengajarkan anak cinta sedekah adalah mengajarkan mereka sifat Allah SWT, Maha Pemurah, Maha Pengasih, dan Maha Penyayang. Sehingga bila anak-anak kita bertanya tentang Allah SWT, kita bisa menjelaskannya dengan baik sifat-sifat yang dimiliki-Nya, sungguh indah bila kita memilikinya. Ketika kita mengajarkan anak-anak kita sedekah, bagai menanam Pohon Kebaikan yang subur, dahan dan rantingnya bercabang, bunga dan buahnya banyak, akarnya tertanan kuat dan menghujam ke tanah. Setiap sedekah yang kita berikan dengan ikhlas dan tulus berapa pun besarnya, apa pun bentuknya, akan kembali manfaatnya pada kita.
            Menularkan kepedulian dengan cara yang sederhana seperti berbagi kue dan meminjamkan mainan pada teman, melatih anak turut perduli pada sesama, melatih anak untuk tidak bakhil dan kikir. Bahkan kita juga dapat memberi pelajaran yang berharga pada anak-anak kita bahwa bila kita tidak cinta sedekah, maka kita akan memiliki sifat bakhil dan kikir yang merupakan sifat syetan. Bakhil dan Kikir tidak membuat seseorang menjadi kaya, karena apa yang kita dapat dan miliki adalah pemberian dan milik Allah SWT yang Maha Kaya, sehingga sedekah dapat memberi kita lebih kaya.
            Ajarkan untuk memberi tanpa pamrih (mengharap balasan/pujian) dan hindari anak berpikir negatif perlu dan tidaknya kita memberi. Bila ada orang yang meminta, berarti dia membutuhkan bantuan kita, sebesar apa pun kita bisa memberi. Selalu menanamkan keikhlasan pada setiap yang dilakukan oleh anak-anak kita. Bila kita tidak punya, sampaikan dengan santun dan sikap yang baik.
 

cara mendidik anak yang bandel

            Sebagai orangtua, Anda akan merasa sangat pusing saat menghadapi anak yang sulit diatur. Gara-gara hal itu, biasanya Anda malah akan memarahi anak. Padahal sebenarnya ada cara efektif dan kreatif agar si kecil tidak lagi semaunya sendiri.
            Menurut salah seorang ibu rumah tangga, semua persoalan yang terjadi pada anak, sebenarnya awalnya karena orangtua juga.
            Contohnya jika anak suka melawan, biasanya hal itu
karena orangtuanya terlalu galak. Kalau anak manja, hmmm, Anda sebaiknya pikir lagi, siapa yang awalnya memanjakan anak.
            Seorang ibu itu mengatakan, seharusnya orangtua jangan cepat menghakimi jika anak melakukan sesuatu hal yang menurut Anda salah. Sebagai orangtua, Anda juga harus melihat dari kacamata anak.
            Untuk anak yang sulit diatur, Ibu itu punya cara jitu untuk mengatasinya. Hal yang perlu dilakukan agar anak tak lagi semaunya sendiri adalah dengan membangun mental konsekuen sejak dini. Apa maksudnya?
            "Buat aturan bersama-sama,    dalam membuat aturan bersama ini tentu saja anak harus dilibatkan. Jika Anda ibu bekerja, ajak juga orang yang mengasuh anak sehari-hari, entah itu sang nenek atau pengasuh.
            "Misalnya kalau anak minta dibelikan game. Buat dulu aturannya bersama-sama kapan boleh main game," tuturnya.
            Saat membuat aturan tersebut, anak juga perlu diajarkan disiplin. Contohnya, kalau anak tidak mengikuti aturan yang sebenarnya sudah ia sepakati itu, apa konsekuensinya. Konsekuensi tersebut tentunya juga harus dibuat bersama-sama dengan anak.
            Dengan melibatkan dia, si kecil akan merasa orangtuanya tidak semauanya sendiri. Anak juga seperti memiliki kekuasaan, karena dia ikut terlibat dalam pembuatan aturan tersebut.
            Sebagai orangtua, menurut si ibu, Anda juga perlu membangun mental juang anak. Hal ini agar anak mau berusaha meraih sesuatu yang diinginkannya.
            Selama ini, anak menjadi manja karena memang orangtua lah yang memanjakan mereka. Apalagi orangtua yang bekerja. Mereka kerap merasa bersalah karena sudah menghabiskan waktunya berjam-jam di luar rumah, bukan dengan anak. Saat libur tiba, anak minta sesuatu, orangtua cenderung memberikannya, tanpa perlu si anak mengerti artinya berusaha.
            Bagaimana caranya membangun mental juang anak? Ibu itu telah mempraktekkannya pada anaknya sendiri. Ia membuat daftar kebaikan atau kepintaran yang telah dilakukan anak-anaknya dalam sepekan. Ibu dua anak itu tidak lupa menyediakan hadiah untuk anak-anaknya saat mereka mampu dan mau melakukan hal-hal baik tersebut.
            Daftar kebaikan atau kepintaran ini ditulis oleh si anak sendiri. Setiap pulang bekerja, si ibu akan bertanya pada anaknya, apa yang sudah si anak lakukan hari ini. Misalnya saja, mau makan sayur, bisa memakai sepatu sendiri, bisa makan sendiri, dan lain-lain.
            Hadiah yang diberikan pada anak tidak perlu mahal-mahal. Mainan atau buku bacaan sesuai keinginannya bisa jadi salah satu contoh hadiah untuk anak.
            "Menulis hal-hal baik ini juga termasuk salah satu cara membangun kepercayaan diri anak. Hargai hal-hal kecil yang dilakukan anak, berikan pujian,"
 

manajement keluarga


Pembaca yang budiman kita semua bahwa dua tahun terpenting dalam kehidupan manusia adalah di awal usianya. Dan di masa-masa emas tersebut, ternyata bayi-bayi itu lebih banyak menghabiskan waktu di rumah bersama ibu. Kualitas sentuhan pendidikan yang ibu berikan di usia ini akan menentukan kualitas mereka hingga dewasa kelak.
Persoalan keluarga sangat beragam. Walaupun suami sebagai kepala keluarga, namun biasanya urusan keseharian lebih banyak keputusannya diserahkan atau didelegasikan kepada isteri. Artinya, ratusan kebijakan-kebijakan kecil yang ibu putuskan dari hari ke hari, adalah ibarat potongan-potongan kecil puzzle yang
saling melengkapi satu dengan yang lain, sehingga kelak akan menghasilkan susunan gambar kehidupan yang indah dan sempurna. Jadi, sekeping kecil kebijakan remeh sekalipun tentu memiliki andil dalam menentukan gambar masa depan sebuah keluarga.
Jadi, jangan remehkan akan pentingnya manajemen rumah tangga sebagai penyempurna ikhtiar dalam rangka membentuk tatanan keluarga sakinah. Secara sederhana, manajemen rumah tangga diartikan sebagai kegiatan yang dilakukan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan dengan perantaraan orang lain, tetapi dapat juga berarti mengelola anggota keluarga untuk melakukan kegiatan di dalam rumah tangga. Proses manajemen itu meliputi tindakan perencanaan, pengorganisasian, menggerakan, dan pengawasan melalui pemanfaatan sumber daya manusia serta sumber lain.
Proses seperti itu, jelas-jelas menunjang dalam pengelolaan keluarga. Pasalnya, dengan jam kerja 24 jam sehari, kebanyakan orang masih menganggap profesi manajer rumah tangga sekedar kewajiban seorang isteri. Padahal, keterampilan yang dibutuhkan tidaklah main-main. Menurut Ishak Solih, seorang manajer harus memiliki sifat-sifat kepemimpinan, misalnya berwibawa, berdaya mampu untuk membawa serta dan memimpin bawahannya, jujur, terpecaya, bijaksana, berani, mawas diri, sanggup dan mampu mengatasi kesulitan, bersikap wajar, sederhana, penuh pengabdian kepada tugas, sabar, dan berjiwa besar.
Keberadaan sifat kepemimpinan pada kepala keluarga atau ibu rumah tangga seperti itu, sangat menunjang kesuksesan pengelolaan rumah tangga menuju kebahagiaan dan kesejahteraan dalam kehidupan keseharian.
Kepemimpinan Keluarga
Dalam keluarga lengkap, pemimpin tertinggi adalah suami (istilah manajemen dinamakan top manager). Kemudian pemimpin kedua adalah isteri yang dapat disebut middle manager atau sekaligus lower manager. Dan aplikasinya cukuplah dengan pembagian tugas. Suami sebagai kepala keluarga (yang memimpin isterinya) dan isteri sebagai ibu rumah tangga. Peranan kepemimpinan dalam membina rumah tangga menduduki tempat yang strategis dan menentukan dapat tidaknya keluarga itu mencapai kesejahteraannya. Karenanya, di sini diperlukan perilaku keteladanan dari orangtua. Artinya, sikap dan tindakan seorang kepala keluarga atau ibu rumah tangga akan memberikan pengaruh besar terhadap anggota keluarganya.
Berikut ini ada beberapa petunjuk bagi setiap pemimpin rumah tangga yang terdapat dalam ajaran Islam. Sehingga menurut Ishak Solih, mudah-mudahan para pemimpin yang berwatak kurang baik (baca : watak diktator dan watak liberal) dapat memperbaiki setelah memahami, menghayati, dan mencoba mengamalkan petunjuk di bawah ini.
Pertama, dalam membina keluarga sejahtera, sebuah anggota keluarga berkewajiban untuk memelihara diri masing-masing dalam sikap dan tingkah laku sehari-hari, sehingga terwujudlah kehidupan yang harmonis. Khusus bagi kepala keluarga dan atau ibu rumah tangga, wajib memelihara diri dan memelihara semua anggota keluarganya (QS. At-Tahrim [66] : 6).
Kedua, setiap kepala keluarga dan atau ibu rumah tangga wajib mempertanggung jawabkan kepemimpinannya, baik di dunia maupun di akherat nanti. Nabi SAW bersabda, "Masing-masing kamu adalah pemimpin dan setiap pemimpin akan ditanya atas kepemimpinannya. Dan pemimpin manusia (imam), itu juga pemimpin yang akan ditanya atas kepemimpinannya. Dan setiap laki-laki itu pemimpin atas keluarganya; dan akan ditanya atas kepemimpinanya. Setiap pelayan itu pemimpin dalam mengurus harta majikannya, dan akan ditanya atas kepemimpinanya. Maka setiap pemimpin akan ditanya atas kepemimpinannya." (HR. Muslim).
Ketiga, setiap pemimpin keluarga hendaknya bersikap lemah lembut terhadap semua bawahannya. Bila ada kesalahan di antara mereka, maafkanlah, bahkan mohonkan maaf baginya. Dalam hal-hal yang menyangkut kepentingan keluarga, baik dalam membuat perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, dan pengawasan, hendaknya suka bermusyawarah (QS. Ali Imran [3] : 159).
Keempat, dalam hubungan antara yang memimpin dan dipimpin dalam keluarga, hendaknya dipupuk tali ikatan kasih sayang di samping faktor material lainnya. Hendaknya satu sama lain penuh kesabaran dalam mengejar kebahagiaan bersama (QS. At-Taubah [9] : 128).
Kelima, dalam keluarga hendaknya tercipta adanya saling mencintai dan mendo'akan di antara pemimpin dan yang dipimpin. Hindarkanlah saling membenci dan saling mengutuk. Menurut Rasulullah SAW, yang paling baik di antara pemimpin kamu adalah yang kamu cintai dan yang mencintai kamu, yang kamu mintakan berkah untuknya dan untukmu.
Keenam, hendaknya seorang suami bersikap adil terhadap isterinya. Demikian pula sebagai orangtua terhadap anak-anaknya dan anggota keluarga lainnya. Kebencian kepada anggota hendaknya dihindarkan. Apabila ada sikap dan tingkah laku yang tidak baik, hendaknya diperbaiki dengan penuh kesabaran, sehingga sikap dan tingkah laku tersebut hilang dengan pendidikan terhadap diri anggota keluarga, janganlah malah bertindak tidak adil (QS. Al-Maidah [5] : 8).
Akhirnya, diharapkan peran pemimpim dalam proses manajemen rumah tangga akan membuahkan kebahagiaan dan kesejahteraan di dalam keluarga. Amin. Wallahu a'lam
 
 
Support : Creating Website | CAH MANAGEMENT | TITISAN SAMUDERA
Copyright © 2011. MANAJEMEN KEUANGAN SYARIAH - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by SAMUDERA
Proudly powered by Blogger