Kualitas Sebuah Sistem Pengendalian yang Efektif
Pada Sistem
pengendalian yang efektif cenderung mempunyai beberapa karakteritik itu
berbeda-beda sesuai dengan situasinya namun dapat digeneralisasikan
dengan ciri-ciri yakni:
1. Ketepatan, sebuah sistem pengendalian
yang menghasilkan informasi yang tidak tepat dapat membuat manajemen
lupa mengambil tindakan manakala seharusnya bertindak atau menanggapi
suatu masalah yang sebetul tidak ada,
2. Tepat Waktu,
pengendalian seharusnya menggugah perhatian para manajer terhadap
penyimpangan tepat pada waktunya guna mencegah akibat serius terhadap
kinerja sebuah unit,
3. Hemat, sebuah sistem pengendalian harus
hemat dalam penerapanya, dan harus bisa memberikan manfaat dalam
kaitannya dengan biaya yang ditimbulkannya,
4. Fleksibel, bisa menyesuaikan dengan perubahan yang tidak bersahabat atau untuk mamanfaatkan peluang baru,
5. Bisa dipahami, oleh para penggunaannya,
6.
Kriteria (standar) yang masuk akal, bisa dicapai karena bila kriteria
itu terlampau tinggi atau tidak masuk akal, maka tidak akan lagi
memotivasi,
7. Penempatan yang strategis, para manajer tidak
mungkin mengendalikan segala sesuatu yang berlangsung dalam organisasi,
seandainya mampu manfaatkanya tidak akan dapat menutupi biayanya,
8.
Tekanan pada perkecualian, para manajer yang tidak mampu mengendalikan
semua kegiatanya, seharus menempatkan alat pengendali strategis ditempat
di mana alat itu dapat meminta perhatian hanya bagi perkecualian,
9.
Multikriteria, para manajer dan karyawan akan berusaha untuk “tampil
bagus” pada kriteria yang dikendalikan. Multi Kriteria mempunyai dampak
positif ganda, karena lebih sulit dimanipulasi ketimbang kriteria
tunggal. Kriteria tersebut dapat mengurangi usaha untuk sekedar tampil
“bagus”, juga karena kinerja jarang dapat dinilai secara obyektif dari
satu indikator saja, multi kriteria memungkinkan penilaian kinerja yang
lebih akurat,
10. Tindakan koreksi, sebuah sistem pengendalian
yang efektif bukan saja menunjukkan kapan terjadi penyimpangan yang
berarti dari standar, melainkan juga menyarankan tindakan apa yang harus
diambil untuk membetulkan penyimpangan tadi.
O. Manajemen Kontemporer (Manajemen Abad XXI )
Lazimnya
pandangan teori manajemen dalam masyarakat mengatakan, bahwa manajer
itu harus langsung bertanggung jawab dalam keberhasilan atau kegagalan
sebuah organisasi. Sudut pandang ini disebut sebagai pandangan Mahakuasa
terhadap manajemen sebaliknya sejumlah pengamat mengatakan, bahwa
manajer itu sedikit saja pengaruhnya terhadap keberhasilan organisasi.
Sebagian besar kegagalan atau keberhasilan sebuah organisasi itu
disebabkan oleh kekuatan diluar kendali menejemen, sudut pandang ini
diberi nama pandangan simbolis terhadap manajemen.
Pandangan Maha Kuasa
Pandangan
ini mencerminkan sebuah pengendalian dominan dalam teori manajemen.
Mutu manajer sebuah organisasi menentukan mutu organisasi itu. Orang
menganggap bahwa perbedaan efektitas dan efisiensi sebuah organisasi
disebabkan oleh keputusan dan tindakan manajernya. Manajer yang baik
mengantisipasi perubahan, menjajaki peluang, membetulkan kinerja yang
buruk, dan memimpin organisasi menuju sasarannya (mengubah sasaran itu
bila perlu). Ketika laba meningkat, manajemen menganggap itu sebagai
jasanya dan memberi imbalan kepada dirinya sendiri dengan bonus-bonus,
saham, dan sebagainya. Apabila laba merosot, dewan direksi mengganti
pucuk pimpinan karena yakin bahwa manaejemen baru akan membawa hasil
yang lebih baik.
Misalnya, di Bombay Company sebuah pengecer
alat perlengkapan rumah, pimpinan pelaksana tertinggi Robert Nourse
dicopot dari posisinya setelah penjualan dari laba merosot dalam
pertengah tahun 1990-an, dan seorang CEO baru diangkat untuk
menggantikannya. Pandangan terhadap para manajer sebagai mahakuasa itu
sesuai dengan gambaran stereotip tentang eksekutip bisnis yang jagoan
dan suka memimpin dapat mengatasi setiap rintangan dalam mengejar
sasaran organisasi itu. Pandangan mahakuasa ini tidak terbatas pada
organisasi bisnis tapi dapat juga digunakan untuk membantu menjelaskan
tingginya pergantian diantara para pelatih, perguruan tinggi maupun para
professional. Tanpa memperdulikan keadaan yang merintanginya, jika
organisasi bekerja jelek, maka seseorang dianggap bertanggung jawab
(menejer). Manakala segala sesuatunya berjalan baik para manajer
mendapat pujian, walaupun mereka memiliki sedikit hubunganya dengan
hasil tersebut.
Pandangan Simbolis
Pandangan ini
mengemukakan, bahwa kemampuan manajer untuk mempengaruhi hasil dibatasi
oleh beberapa faktor luar. Tidaklah masuk akal bila mengharapkan para
manajer mempunyai pengaruh yang berarti terhadap kinerja sebuah
organisasi. Menurut pandangan ini, hasil sejumlah organisasi dipengaruhi
oleh sejumlah faktor di luar kendali manajemen. Faktor-faktor itu
mencakup perekonomian, perubahan para pelanggan, kebijakan pemerintah,
tindakan para pesaing dan industri tertentu, kendali terhadap pemilik
teknologi, serta keputusan yang diambil oleh para manajer terdahulu
dalam organisasi tersebut.
P. Lingkungan
Istilah
lingkungan merujuk pada lembaga atau kekuatan yang berada di luar
organisasi dan secara potensial mempengaruhi kinerja organisasi.
Lingkungan Umum vs Lingkungan Khusus
Lingkungan
umum mencakup segala sesuatu di luar organisasi, misalnya faktor
ekonomi, keadaan politik, pengaruh sosio-budaya, masalah globalisasi,
dan teknologi, semua itu dapat mempengaruhi organisasi tetapi
relevansinya tidak jelas. Lingkungan khusus mencakup bagian lingkungan
yang secara langsung berkaitan dengan pencapaian sasaran sebuah
organisasi. Lingkungan itu terdiri atas para pendukung yang sangat
penting (pihak yang berkepentingan) sehingga dapat mempengaruhi efektif
organisasi secara positif maupun negatif. Setiap lingkungan khusus
bersifat unik dan berubah-ubah bersama keadaanya yang mencakup para
pemasok masukan, klien (pelanggan), pesaing, badan pemerintah, dan
kelompok masyarakat tertentu. Misalnya Lockheed Martin Corporation amat
bergantung pada kontrak pertahan sehingga Departemen Pertahanan Amerika
Serikat merupakan lingkungan khususnya.
Ketidak pastian lingkungan
Merupakan
derajad perubahan dan kompleksitas lingkungan organisasi, segi lainya
menggambarkan kadar kompleksitas lingkungan, yang mengacu kepada jumlah
komponen dalam sebuah lingkungan organisasi dan sejauh mana pengetahuan
yang dimiliki oleh organisasi itu tentang komponen tadi. Misalnya Hasbro
Toy Company, sebuah pabrik mainan terbesar di dunia, menyederhanakan
lingkungannya dengan mencaplok banyak pesaingnya termasuk Kenner Toys,
Parker Brothers, dan Tonka. Semakin sedikit pesaing, pelanggan, pemasok,
dan badan pemerintah yang harus digauli oleh sebuah organisasi, semakin
berkuranglah ketidakpastian dalam lingkungannya.
Mengelola Disebuah Lingkungan Asing
Ada beberapa pedoman dalam mengelola organisasi disebuah lingkungan asing, yaitu:
1. Lingkungan Hukum politik
Para
manajer harus menyadari perbedaan disetiap lingkungan, apabila ingin
mengetahui kendala dan peluang di tempat organisasinya. Misalnya, tiap
negara mempunyai undang-undang yang berbeda dalam hal kebijakan
industri, pembatasan perdagangan, persyaratan kerja, pembayaran suap,
hak-hak pribadi, hak-hak kaum pekerja, dan seterusnya,
2. Lingkungan Ekonomi
Para
manajer global mempunyai perhatian terhadap ekonomi yang tidak dimiliki
oleh para manajer yang bekerja pada satu negara saja dalam hal ini ada 3
perhatian utama, yaitu nilai tukar mata uang yang berubah-ubah, laju
inflasi, dan berbagai macam kebijakan. Laba perusahaan global dapat
secara dramatis berubah-ubah tergantung kepada kekuatan mata uang dalam
negerinya dan mata uang negara-negara dimana perusahaan itu beroperasi.
Setiap devaluasi mata uang sebuah negara akan sangat mempengaruhi
tingkat keuntungan sebuah perusahaan. Kekuatan mata uang suatu negara
asing dapat juga memepengaruhi keputusan para manajer. Misalnya General
Motors telah mengimport Geo Stormnya ke amerika dari Jepang. Namun
ketika kekuatan Yen Jepang terhadapan dolar membuat produk itu tidak
ekonomis, para pejabat perusahaan memutuskan untuk menghentikan model
tersebut.
Laju inflasi ekonomi dapat berbeda-beda di berbagai
wilayah dunia. Misalnya dinegara-negara kecil, seperti Bolivia, inflasi
tahunan telah mencapai 26.000%. Di negara-negara yang lebih besar dan
lebih industrial, seperti Brazil, laju inflasi tahunan terkadang
mencapai 2700%. Laju inflasi itu mempengaruhi harga bahan mentah, tenaga
kera, dan pasokan lainya. Selain itu, inflasi mempengaruhi harga yang
dapat dipasang oleh perusahaan terhadap barang atau jasa lainnya.
Berbagai kebijakan perpajakan merupakan perhatian besar bagi seorang
manajer global, di beberapa negara, tuan rumah bersikap lebih membatasi
daripada negara asal organisasi itu sedangkan pada beberapa negara
lainya jauh lebih ringan. Satu-satunya kepastian, ialah peraturan
perpajakan itu berbeda dari pada setiap negara. Manajer membutuhkan
pengetahuan tepat tentang berbagai peraturan pajak di negara-negara di
mana mereka beroperasi untuk menemukan kewaajiban pajak keseluruhan
perusahaan mereka.
3. Lingkungan Budaya
Kekuatan
Lingkungan global terakhir, adalah perbedaan budaya antara bangsa.
Setiap organisasi mempunyai budaya internal yang berbeda-beda,
negara-negara pun mempunyai kebudayaan pula.
Individualisme Vs kolektivitas
Individualisme
merujuk pada sesuatu kerangka kerja sosial yang ikatannya longgar
dimana orang diharapkan untuk mengurusi kepentingan mereka sendiri dari
kepentingan keluarga terdekatnya. Ini dimungkinkan sebab adanya sejumlah
besar kebebaskan yang diberikan oleh masayarakat semacam itu kepada
individu. Lawannya kolektivitisme, yang di cirikan dengan kerangka kerja
sosial ketat dimana orang mengharapkan orang lain yang berada dalam
kelompok mereka menjadi bagiannya supaya mengurusi dan melindungi mereka
apabila mengalami kesusahan. Sebagai imbalanya, mereka merasa harus
memberikan loyalitas mutlak kepada kelompok tadi. Hofstrede, mengatakan,
bahwa tingkat individualisme di sebuah negara erat kaitannya dengan
kekayaan negara itu. Negara-negara yang lebih kaya, seperti Amerika
Serikat, Inggris Raya, dan Nederland sangatlah individualistis.
Negara-negara yang lebih miskin seperti Kolombia dan Pakistan sangat
bersifat kolektif.
Jarak kekuasaan, adalah suatu budaya yang
mengukur sampai sejauh mana suatu masyarakat dapat menerima ketidak
merataan pembagian kekuatan dalam lembaga dan organisasi. Penghindaran
ketidakpastian suatu ukuran budaya yang digunakan untuk menjelaskan
sampai sejauh mana nilai-nilai sosial dipengaruhi oleh kesombongan dan
materialisme. Kuantitas hidup suatu perlengkapan budaya nasional bisa
menjelaskan sampai seberapa jauh nilai-nilai sosial dicirikan oleh
kesombongan dan materialisme sedangkan kualitas hidup suatu perlengkapan
budaya nasional bisa mencerminkan penekanan yang diberikan pada
hubungan dan perhatian kepada pihak orang lain.
Pedoman bagi para manajer Amerika Serikat
Hofstrede
menemukan, bahwa kebudayaan Amerika berada di tempat tertinggi di
antara semua negara dalam hal individualisme, dibawah rata-rata dalam
hal jarak kekuasaan, jauh dibawah rata-rata dalam hal menghindari
ketidakpastian, dan jauh di atas rata-rata dalam hal kuantitas hidup.
Kesimpulan ini sesuai dengan bagaimana dunia memandang Amerika itu,
artinya Amerika dilihat sebagai negara yang menekankan etika
individualistic, memiliki pemerintahan perwakilan dengan cita-cita
demokrasi, relatif bebas dari ancaman ketidakpastian, dan mempunyai
perekonomian kapitalistik yang menghargai agresivitas dan materialisme.
Setelah
seorang yang dipilih sebagai calon yang baik bagi sebuah posisi
manajerial diluat negeri, ada beberapa faktor individual maupun
organisasi yang menentukan apakah dia ini mampu atau tidak menyesuaikan
diri dengan penugasan luar negeri tersebut secara efektif. Faktor-faktor
individual yang dapat mempengaruhi penyesuaian internasional tersebut
adalah :
1. Kemampuan untuk tetap bersemangat, bersikap positif,
dan produktif bahkan dalam situasi baru yang barangkali penuh tekanan
dan ketegangan,
2. Kemampuan untuk bergaul secara efektif dengan rekan kerja di negara tuan rumah,
3. Kemampuan dengan tepat merasakan dan berpendapat dengan norma dan nilai budaya negara itu.
Sedangkan
faktor-faktor organisasi yang dapat mempermudah transisi tersebut
mencakup pekerjaan yang dilakukan oleh orang itu, adalah :
1. Budaya organisasi,
2. Tingkat sosialiasi budaya organisasi tersebut.
Faktor-faktor
budaya organisasi yang harus dipertimbangkan bagi transisi yang
berhasil mencakup seberapa jauh budaya organisasi itu mirip dengan apa
yang telah dialami orang tersebut dimasa lalu, dukungan sosial yang
disediakan oleh budaya organisasi itu, dan jumlah bantuan logistik yang
diberikan oleh organisasi tersebut untuk mempermudah penyesuaian itu.
Faktor lain yang menentukan keberhasilan penyesuaian seseorang dengan
penugasan di luar negeri adalah keterampilan-keterampilan sosialisasi
organisasinya.
Sosialisasi organisasi merujuk pada proses yang
dialami oleh para karyawan untuk menyesuaikan dengan budaya organisasi.
Transisi kebudayaan itu akan lebih mudah seandainya orang tersebut
mengembangkan keterampilan sosialisasi yang efektif. Faktor lain yang
mempengaruhi penyesuaian di negeri asing yang merupakan faktor bukan
kerja adalah bagaimana seorang individu secara pribadi menyesuaikan
dengan barunya kebudayaan itu dan bagaimana keluarga serta pasangan
hidupnya menyesuaikan diri. Untuk lebih jelasnya dari faktor-faktor yang
mempengaruhi penyesuaian internasional ini dapat dilihat pada gambar
dibawah ini :
Penyesuaian di Negeri Asing
+ comments + 2 comments
Maaf mau tnya referensi yg kualitas pengendalian yg efektif dr buku siapa ya? Terimakasih
Maaf mau tnya referensi yg kualitas pengendalian yg efektif dr buku siapa ya? Terimakasih
Post a Comment