Betapa sering kita terbelenggu oleh jebakan pikiran negatif. Selalu saja ada suara-suara yang menahan diri kita untuk melakukan perubahan yang lebih baik. Seolah kondisi yang kita alami saat ini merupakan warisan atau bahkan takdir yang tak akan pernah bisa diubah. Bila saat ini hidup kita pas-pasan, maka selamanya begitulah.
Apakah betul begitu? Mengapa pikiran negatif sangat kuat mencengkram otak kita setiap kita berniat berubah? Benarkah otak kita telah di-setting untuk mengedepankan kecurigaan bin was-was terhadap segala bentuk perubahan?
Sebelumnya saya ingin cerita. Beberapa waktu lalu saya bertemu dengan seorang teman. Lama tak jumpa, penampilannya berubah drastis. Beberapa tahun lalu, tubuhnya ‘subur’ dengan penampilan mewah. Hidup lebih dari standar orang kebanyakan.
Tapi saat bertemu, tubuhnya jauh lebih kurus dengan penampilan yang tidak lagi ‘wah’. Wajahnya penuh dengan kemuraman. Dia cerita kalau usahanya tengah mengalami kerugian sampai akhirnya harus ditutup dan meninggalkan hutang yang begitu besar.
Mengapa ia bisa menjadi seperti itu? Ia cerita bahwa dulu saat usahanya masih berjaya, ia kerap dilanda pikiran negatif. Bahwa suatu saat usahanya akan menurun dan bangkrut. Sampai akhirnya hal itu benar-benar menjadi kenyataan.
Dia kemudian berkata lagi,”Sebetulnya saya tahu kalau pikiran negatif tidak menghasilkan manfaat apa-apa. Saya juga paham kalau saya adalah tuan bagi pikiran saya. Jadi saya bebas memilih pikiran positif atau negatif yang ada dalam otak saya. Tapi sampai sekarang saya tak bisa menghentikan pikiran negatif selalu muncul pada diri saya. Bagaimana cara mengatasinya Jok?”
Mendengar pertanyaan tersebut saya agak tertegun. Kawan saya ini sepertinya sudah tahu penyebabnya. Tapi selalu dan selalu ia tak bisa menghindar dari jebakan pikiran negatif.
Dari perjumpaan dengan kawan saya itu saya banyak belajar. Ya, betapa kita mudah sekali terperangkap dengan aneka pikiran negatif. Meski mungkin kita sudah tahu bahwa hal itu tak akan membawa banyak manfaat bagi diri kita. Tapi sering kita tak kuasa menolaknya hadir. Saat dalam kondisi-kondisi tertentu, pikiran negatif tiba-tiba saja menelusup masuk ke dalam pikiran kita. Dan kita baru sadar beberapa saat setelahnya.
Mengapa seseorang bisa terjangkit pikiran negatif? Bisa karena pengalaman buruk. Mungkin dulu pernah mengalami hal yang mirip yang membuatnya takut untuk kembali melangkah karena takut kegagalan serupa terjadi.
Pengalaman buruk menjadi pemicu kuat pikiran negatif tetap tertahan dalam pikiran. Bila kita tak bisa mendobrak pengalaman buruk itu, bisa jadi bukan saja pikiran negatif tak akan pernah hengkang dari pikiran. Tapi bahkan akan terus bertahan dan kekal selamanya dalam diri anda.
Pikiran negatif itu bisa memicu kecanduan. Jika anda terus menjaga pikiran negatif dalam tubuh anda, maka tubuh anda akan terbiasa untuk membutuhkannya. Akibatnya segala hal akan mudah anda lihat dari kacamata negatif.
Kenapa anda terjebak dalam pikiran negatif dan sulit keluar darinya? Karena kita mudah memilihnya sebagai pikiran yang paling nyaman (mungkin) bersemayam dalam pikiran kita. Keburukan lebih mudah kita temukan dibanding kebaikan. Apalagi memilih pikiran positif kerap melahirkan tanggung jawab, sedangkan memilih pikiran negatif tidak.
Misalkan dalam memulai bisnis internet. Saat kita tahu bahwa bisnis ini juga butuh kesungguhan dan kerja keras, kita jadi enggan untuk melakukannya. Dan berbagai pernyataan negatif—sebagai perwujudan pikiran negatif—mudah keluar dari mulut kita. Sebab kita enggan untuk bertanggung jawab!
Anda masih punya kebebasan untuk memilih pikiran apa yang akan anda pasang di otak anda. Mari mulailah menerima dan memeluk tanggung jawab atas hidup anda.
Kalau anda saat ini sedang sedih, hal itu karena anda yang membuatnya sedih. Jika ada masalah yang tengah menghalangi kita, kita bertanggung jawab untuk menyelesaikannya. Jika seseorang membutuhkan anda, maka anda berkewajiban membantunya. Kalau saya ingin punya kawan, maka saya harus menarik dan mengundang mereka agar nyaman bersama saya. Kalau saya benci dengan keadaan saya saat ini yang penuh dengan kekurangan, maka saya harus segera mengakhirinya.
Sebab, sukses tak datang begitu saja pada diri anda. Tapi karena anda yang mengusahakannya.
Mengeluh adalah bentuk penolakan tanggung jawab. Dan sikap menyalahkan orang lain hanyalah cara lain untuk menjauhkan diri anda dari tanggung jawab.
Bila di waktu mendatang anda kembali terjebak dalam pikiran negatif, STOP dan tanyakan pada diri anda apakah anda ingin menghindar dari tanggung jawab atas kenyataan yang anda hadapi. Atau mengijinkan ‘sedikit’ sikap tanggung jawab tinggal pada diri anda. Sehingga anda mau bertindak untuk mengubah kehidupan anda menjadi lebih baik.
Mari bertanggung jawab terhadap pikiran dan hidup kita!
Post a Comment